Kesehatan mental remaja kembali menjadi sorotan setelah hasil survei menunjukkan bahwa sekitar 30 persen remaja di Indonesia mengalami masalah kesehatan mental. Angka ini menimbulkan kekhawatiran, sebab remaja adalah generasi penerus yang tengah berada pada fase perkembangan krusial.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pun menyerukan pentingnya deteksi dini agar masalah kesehatan mental dapat dikenali lebih cepat dan ditangani sebelum berkembang menjadi gangguan yang lebih serius.
Tingginya Angka Masalah Kesehatan Mental Remaja
Survei yang dilakukan melibatkan ribuan responden usia remaja menunjukkan fakta mengejutkan: satu dari tiga remaja mengaku pernah mengalami gangguan psikologis, mulai dari stres berat, kecemasan, hingga depresi.
Kondisi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti:
Tekanan akademik di sekolah yang sering menimbulkan stres.
Pengaruh media sosial, termasuk cyberbullying dan perbandingan sosial.
Masalah keluarga, seperti kurangnya komunikasi dengan orang tua.
Faktor lingkungan, termasuk relasi pertemanan yang tidak sehat.
Dampak Serius Jika Tidak Ditangani
Ketua IDAI menegaskan bahwa masalah kesehatan mental remaja tidak boleh dipandang sebelah mata. Jika dibiarkan, hal ini bisa berdampak pada kualitas hidup, prestasi akademik, hingga risiko perilaku berbahaya seperti menyakiti diri sendiri.
“Gangguan mental pada remaja sering kali tidak terdeteksi sejak dini. Padahal, intervensi cepat dapat mencegah perburukan kondisi,” ujar perwakilan IDAI.
Pentingnya Deteksi Dini
IDAI mendorong orang tua, guru, dan tenaga kesehatan untuk lebih peka terhadap tanda-tanda awal masalah kesehatan mental remaja. Beberapa tanda yang perlu diwaspadai antara lain:
Perubahan perilaku drastis (mudah marah, menarik diri, atau kehilangan minat pada aktivitas).
Penurunan prestasi belajar yang signifikan.
Gangguan pola tidur dan makan.
Ungkapan perasaan tidak berharga atau ingin mengakhiri hidup.
Dengan deteksi dini, remaja bisa segera mendapatkan pendampingan psikolog atau psikiater sehingga pemulihan bisa lebih cepat.
Peran Orang Tua dan Sekolah
Pakar kesehatan anak menekankan bahwa peran orang tua dan sekolah sangat penting. Komunikasi terbuka antara anak dan orang tua menjadi kunci utama. Anak perlu merasa bahwa mereka punya tempat aman untuk bercerita tanpa takut dihakimi.
Di sisi lain, sekolah juga diharapkan memberikan ruang lebih sehat bagi siswa, misalnya melalui konseling, pengurangan beban akademik yang terlalu berat, dan program literasi kesehatan mental.
Upaya Pemerintah dan Masyarakat
Masalah kesehatan mental remaja tidak bisa dibebankan hanya pada individu atau keluarga. Pemerintah perlu memperkuat akses layanan kesehatan mental, terutama di puskesmas dan rumah sakit daerah. Sosialisasi mengenai pentingnya kesehatan mental juga harus digencarkan agar stigma masyarakat berkurang.
Masyarakat pun diimbau ikut berperan, misalnya dengan menciptakan lingkungan yang ramah remaja, serta menghindari stigma negatif terhadap mereka yang mengalami gangguan psikologis.