Channel YouTube, Agatha Chelsea, kembali menghadirkan konten yang menggugah pikiran dengan tajuk “UMR ITU PASTI CUKUP BUAT HIDUP?!”.
Dalam episode tersebut, Agatha mengundang Theo Derick, seorang konten pebisnis dan kreator muda. Dia dikenal aktif menyuarakan isu sosial, ekonomi, dan kesejahteraan generasi muda.
Obrolan yang berlangsung selama 38 menit itu membahas secara mendalam mengenai Upah Minimum Regional (UMR) di Indonesia. Khususnya dari perspektif kaum muda, yang baru mulai bekerja.
Theo mengangkat realita yang banyak dirasakan anak muda saat ini. Apakah UMR benar-benar cukup untuk hidup layak di kota besar?
Theo menjelaskan bahwa berdasarkan pengalamannya serta interaksi dengan followers-nya, banyak anak muda yang merasa UMR cukup untuk bertahan hidup. Bukan untuk gaya hidup.
“UMR itu kadang cuma buat bayar kos, makan, dan ongkos. Kalau mau nabung atau self development, susah,” ujar Theo.
Agatha pun menanggapi dengan cerita dari beberapa temannya yang bekerja di Jakarta dan kota besar lainnya.
Dia menyoroti bahwa masih banyak perusahaan yang menggaji karyawan sesuai UMR, meskipun beban kerja yang diberikan sangat besar. “Ini kayak ekspektasi tinggi, tapi kompensasinya nggak sepadan,” kata Agatha.
Diskusi juga menyentuh soal standar hidup dan perbandingan UMR di berbagai daerah. Theo menyebutkan bahwa meskipun nominal UMR di Jakarta lebih tinggi, biaya hidupnya pun melonjak drastis.
Sementara di kota kecil, UMR rendah tapi tetap sulit karena akses dan fasilitas tidak selalu mendukung kehidupan layak.
Menariknya, Theo juga mengangkat soal mental health dan tekanan finansial sebagai dua hal yang sering tidak dianggap serius.
Hanyak anak muda merasa stres karena tidak bisa menabung. Mereka tidak punya jaminan masa depan, dan selalu hidup dalam kekhawatiran soal uang.
Agatha setuju dan menambahkan bahwa edukasi keuangan seharusnya menjadi kurikulum wajib sejak dini.
Episode ini pun ditutup dengan pesan dari Theo agar para pekerja muda tidak merasa sendirian.
Dia mendorong audiens untuk bersuara, berbagi pengalaman, dan terus belajar mengelola keuangan. “Kita nggak bisa ubah sistem langsung, tapi kita bisa saling support,” ucapnya.***
(Habibie)