BERITAJAKARTA — Industri perbankan diminta bertindak sebagai katalis dan pendorong proses dan kegiatan inovasi sistem keuangan di Indonesia.
Baik secara external yang terkait dengan customers seperti aplikasi, produk, dan layanan, maupun secara internal seperti proses otomasi dan data analytics.
Ketua Umum Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Kartika Wirjoatmodjo mengatakan saat ini, transformasi keuangan telah terjadi dan terus mengubah wajah perbankan di era yang semakin digital.
Seiring revolusi industri berikutnya dan munculnya usaha-usaha rintisan yang berbasis digital, perbankan diharapkan dapat lebih efisien, lebih cepat, transparan, dan lebih customer-centric.
Menurutnya, batasan antara kompetisi dan kolaborasi akan berbeda dengan sebelumnya, yang saat ini kita sering dengar dengan istilah co-opetition.
“Melalui Indonesia Banking Expo 2018 yang bertemakan The Next Generation of Banking in the Fourth Industrial Transformation, Perbankan diharapkan dapat lebih terbuka dan membuka kerjasama dengan pihak lain. Pergeseran penghasilan perbankan dari pendapatan bunga ke pendapatan non bunga dan tuntutan akan inovasi dan investasi di transformasi digital merupakan langkah yang tidak bisa dihindari,” katanya, Kamis (15/11/2018).
Pria yang kini juga menjabat sebagai Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. mengemukakan secara umum, terdapat beberapa disrupsi teknologi yang dapat merubah masa depan perbankan.
Sebut saja Cloud, API, Robotic Process Automation, Artificial Intelligence, dan Blockchain. Semua disrupsi ini dengan segala kelebihan dan kekurangannya kadang tampak sangat menarik.
Namun, dampak dari transformasi digital harus dipahami secara jelas oleh para pemangku kepentingan. Ada banyak perubahan sosial yang didorong oleh revolusi digital, dan semua ini terus terjadi dan berlangsung cepat.
Di Indonesia, hal itu bisa dilihat dengan pesatnya pertumbuhan pengguna internet, yang mana tahun 2020 diperkirakan akan mencapai 145 juta pengguna atau 53% dari jumlah penduduk. 73% dari total penggunaan internet itu diakses menggunakan mobile phone.
Sebagai dampaknya, menurut Kartika, di sisi industri keuangan, customers memiliki kecenderungan untuk melakukan transaksi melalui channel digital, menggunakan internet untuk berkomunikasi dengan customer service contohnya Chatbot, bahkan melakukan simulasi sebelum membeli sebuah produk. Sehingga, bisa dikatakan bahwa masyarakat kini membawa bank di dalam saku mereka.
“Kalau kita dalami lebih lanjut, transformasi ini sangat bermanfaat baik bagi masyarakat maupun bank. Masyarakat dapat melakukan transaksi tanpa perlu ke cabang atau atm sehingga dapat menghemat biaya transaksi,” ujar Kartika.
Di sisi lain, bank juga diuntungkan karena transaksi di online channel memiliki cost yang jauh lebih rendah. Efisiensi dan efektifitas ini dalam jangka panjang diharapkan dapat memberikan dampak baik bagi industri keuangan dan pertumbuhan ekonomi.
Transformasi ini tidak akan mudah karena tentunya akan ada challenges dan threats, mulai dari isu keamanan, hingga kepatuhan dan risiko yang berhubungan dengan ekosistem keuangan digital, sementara pada saat yang sama perbankan juga harus menjawab kebutuhan masyarakat akan transformasi digital.
“Kami yakin transformasi digital, transformasi industri keempat, akan membawa dampak yang sangat besar terhadap perekonomian Indonesia. Bank-bank anggota kami memahami hal ini dan bekerja keras untuk menjawab perkembangan teknologi yang sangat cepat, sementara pada saat yang sama kami juga harus mempertahankan prinsip kehati-hatian dan kepatuhan pada regulasi serta mengelola risiko-risiko terkait,” katanya. (Bisnis)