Kenapa Ada Kilatan Petir Ketika Gunung Ruang Erupsi?

oleh -150 Dilihat
oleh

Jakarta – Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara, mengalami erupsi sejak beberapa hari lalu. Saat ini statusnya juga sudah naik menjadi level IV atau awas.
Sejumlah video dan foto ketika erupsi Gunung Ruang pun sempat viral di media sosial. Beberapa menunjukkan erupsi yang terjadi disertai dengan kilatan petir di puncang Gunung Ruang.

Lalu, kenapa ada kilatan petir di puncak Gunung Ruang?

“Itu akibat suhu tinggi yang memanaskan ion-ion gas, oleh karenanya terjadi loncatan muatan listrik,” kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (18/4).

Menurut Hendra fenomena kilatan petir saat erupsi gunung berapi adalah hal lumrah.

“Itu fenomena biasa,” singkat dia.

Fenomena tersebut dikenal sebagai petir vulkanik. Petir yang terlihat saat erupsi gunung berapi sebetulnya tidak jauh berbeda dari mekanisme petir biasa.

Namun, awan cumulunimbus yang menjadi ‘sarang’ petir tergantikan oleh awan kepulan uap air, abu, debu, dan partikel vulkanik lain yang menyembur ke angkasa secara massif.

Melansir laman resmi BPBD Provinsi Jogja, petir vulkanik tidak terjadi secara langsung meskipun di dalam kolom letusan yang berisi koleksi partikel abu kaca panas, uap dan gas bersama meletus ke atmosfer dengan banyak ukuran yang berbeda dari partikel abu.

Pasalnya, sebelum terjadi petir, partikel harus terionisasi terlebih dulu dengan memisahkan elektron yang terikat pada partikel tersebut dengan perantara energi potensial suatu masa.

Petir vulkanik terjadi dalam gumpalan asap letusan gunung berapi. Seperti semua badai petir, petir vulkanik terjadi ketika listrik statis terbentuk di atmosfer sebelum dilepaskan dalam bentuk sambaran petir.

Namun demikian, penumpukan listrik statis ini tidak sesederhana badai petir pada umumnya. Meskipun mekanisme lengkapnya belum sepenuhnya dipahami, penelitian menunjukkan fenomena tertentu yang berkontribusi terjadinya muatan listrik.

Melansir Scitech Daily, ada beberapa faktor yang berkontribusi dalam pelepasan petir vulkanik di udara. Berikut rinciannya:

Ice Charging

Ice Charging adalah mekanisme utama terbentuknya badai petir biasa, dan juga berperan dalam petir gunung berapi, khususnya yang menyebabkan gumpalan es naik tinggi ke udara.

Ketika udara hangat dari letusan naik ke langit, ia bertemu dengan udara yang lebih dingin di atmosfer. Air dalam gumpalan es membeku menjadi partikel-partikel es yang bertabrakan satu sama lain, menjatuhkan elektron-elektron dari kristal-kristal. Ion-ion es yang bermuatan positif ini terus naik dan berkumpul lebih tinggi di atmosfer.

Gesekan

Gesekan, juga dikenal sebagai pengisian triboelektrik, juga dianggap sebagai mekanisme penting yang menyebabkan petir vulkanik. Dengan cara yang sama seperti es yang terjadi karena partikel es bertabrakan, pecahan batu dan abu bertabrakan dan menciptakan ion bermuatan.

Arus konvensional yang menyebabkan gumpalan abu naik kemudian memisahkan muatan ini ke wilayah yang berbeda.

Fraktoemisi

Fraktoemisi merupakan pemecahan partikel batuan. Ketika batuan pecah, partikel bermuatan dapat terbentuk, membentuk penumpukan muatan statis.

Efek ini terutama terjadi pada energi tinggi, yang mengakibatkan muatan berkumpul lebih dekat ke lubang gunung berapi.

Radioaktif alami

Radioisotop alami di dalam batuan dapat memengaruhi penumpukan muatan. Penelitian menunjukkan bahwa partikel abu memiliki radioaktivitas alami di atas tingkat yang biasa, dan area bermuatan dapat terbentuk ketika partikel tersebut meluruh.

Tingkat radioaktif pada petir vulkanik tidak diketahui, meskipun hal ini mungkin menjadi kontributor yang signifikan dalam beberapa kasus.

Ketinggian abu vulkanik

Meskipun bukan merupakan mekanisme tersendiri, ketinggian abu vulkanik dapat secara signifikan memengaruhi terjadinya petir vulkanik. Ketika letusan menghasilkan abu lebih dari 7 km, maka akan ada konsentrasi uap air yang lebih tinggi.

Dengan lebih banyak air dan suhu lingkungan yang lebih dingin pada ketinggian ini, kemungkinan ada lebih banyak ice charging dan lebih banyak aktivitas listrik. Untuk abu yang lebih kecil, dugaannya adalah sebagian besar penumpukan listrik berasal dari fraktoemisi di dekat lubang angin, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya petir.***