Eskalator Stasiun Manggarai peron 11/12 arah Bogor, Nambo, Depok tidak berfungsi. Akibatnya, para penumpang pun berebut untuk menaiki lift yang ada.
Pantauan detikcom di Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan, Selasa (27/2/2024), terlihat antrean pada lift yang menuju lantai 2 peron 12 arah Depok, Citayam, Nambo hingga Bogor. Mereka berebutan untuk memasuki lift yang memiliki kapasitas maksimal 8 orang itu.
Terlihat muda-mudi yang juga mengantri di depan lift. Padahal, sudah tertulis dengan jelas bahwa lift diprioritaskan untuk para lansia, ibu hamil, disabilitas serta ibu dan balita. Antrean yang terjadi di lift ini imbas dari matinya eskalator.
Penumpang KRL Lansia Mengeluh
Dari pantauan di lokasi, ada insiden ketika penumpang KRL prioritas harus mengalah dengan penumpang non prioritas ketika menaiki lift. Saat itu ada 12 orang yang masuk ke dalam lift secara bersamaan padahal, lift memiliki kapasitas maksimum sebanyak 8 orang. Beberapa yang masuk lift itu ada penumpang prioritas dan penumpang yang terlihat masih muda.
Salah satu penumpang bernama Soleh (73) kemudian memanggil petugas sebab tak ada satu pun orang dalam lift yang mau turun. Petugas pun langsung mengkondisikan para penumpang. Petugas lalu berkata untuk dapat mendahulukan penumpang prioritas.
Seakan tak mengindahkan perkataan tersebut, banyak muda-mudi dalam lift yang tetap tak mau turun. Hingga penumpang prioritas seperti lansia, ibu hamil, disabilitas serta ibu dan anak lah yang terlihat mengalah dan menuruni lift.
Soleh menjadi salah satu penumpang prioritas yang tak ikut dalam lift sebab sulitnya akses masuk. Ia mengaku tak ingin berdesakan dengan anak muda sebab badannya yang sudah rentan.
“Iya susah juga tadi masuknya. Kan desek-desekan ya. Jadi yaudah, saya lebih milih ngalah aja. Badan saya juga sakit kalau dipaksain desak-desakan,” katanya saat ditemui di lokasi.
Soleh sendiri tahu bahwa ia merupakan penumpang prioritas yang harus didahulukan. Ia mengaku bingung kenapa banyak anak muda yang sudah tak memperdulikan hingga mendahulukan dirinya itu.
“Ya gimana ya. Ya sulit juga. Kan yang muda-muda dulu kadang-kadang. Ya udah, mau gimana lagi,” katanya.
Selaras dengan Soleh, Hadi (52), mengaku lebih memilih menaiki tangga manual sebab antrian lift yang menurutnya tak kunjung berakhir. Ia juga mengaku kesulitan saat eskalator tak kunjung berfungsi.
“Nggak, antrenya lama, banyak orangnya,” ucapnya saat ditanyai mengapa tak memilih untuk menaiki lift yang ada.
“Biasanya naik eskalator kan, soalnya lift suka lama nunggunya. Tapi udah dari kemarin-kemarin eskalator juga mati, jadi terpaksa pake tangga satu-satunya jalan,” jelasnya.
Tak bisa dipungkiri, ia mengaku lelah dan tak kuat jika dirinya harus terus menggunakan tangga manual. Ia berharap agar pihak KAI memperbaiki eskalator secepatnya.
“Ya cepat-cepat lah diperbaiki. Liat sendiri kan, ada lift juga saya seringnya nggak pakai karena harus rebutan. Kalau tiap hari naik tangga terus, lutut saya sakit. Tolong lebih diperhatiin lagi lah intinya,” kata Hadi.
Untuk diketahui, eskalator di peron 11/12 mati sebab adanya gangguan pada rem pengaman. Kepala Balai Teknik Perkeretaapian, Ferdian Suryo Adhi menyebut butuh waktu satu minggu lamanya untuk eskalator tersebut dapat kembali berfungsi.
“Saat ini eskalator sedang di opname. Kurang lebih dalam waktu seminggu ini diharapkan bisa beroperasi kembali,” ucapnya pada detikcom, Jumat (23/2).