Prof Dr Reda Manthovani: Kedua Kakinya Diamputasi, Namun Ia Menjadi Atlet Luar Biasa

oleh -285 Dilihat
Jaksa Agung Muda Intelijen (Jamintel), Prof Dr Reda Manthovani, CdM Kontingen Indonesia untuk Paralympic Paris 2024 (Foto: Bertuahpos / Melba)

BERITAJAKARTA.CO.ID – Chef de Mission (CdM) Kontingen Indonesia untuk Paralympic Paris 2024, Prof. Dr. Reda Manthovani, menyatakan optimisme tinggi, bahwa para atlet Indonesia akan berhasil membawa pulang medali emas dalam ajang bergengsi tersebut.

Menurut Jaksa Agung Muda Intelijen ini, semangat juang para atlet disabilitas Indonesia semakin kokoh meskipun dihadapkan pada berbagai situasi menantang.

Kendati atlet disabilitas memiliki beban mental yang lebih rentan dan memerlukan perhatian ekstra.

Namun para atlet paralimpiade Indonesia semakin sadar bahwa mereka memiliki kemampuan potensial untuk berprestasi.

Oleh sebab itu, dia mendorong semua pihak agar menciptakan lingkungan yang bersahabat, mengingat secara mental, para atlet ini masih cenderung labil.

“Emosi yang labil bisa mempengaruhi prestasi mereka. Jika sedang dalam keadaan tidak stabil, mereka sulit dibujuk, yang tentunya merugikan baik bagi atlet itu sendiri maupun negara,” jelasnya.

Reda juga menekankan bahwa semangat juang para atlet disabilitas luar biasa tinggi. Ia mencontohkan seorang atlet yang dulunya gemar balap motor namun harus mengalami amputasi kedua kakinya akibat kecelakaan.

“Kalau orang biasa mungkin sudah putus asa, tapi dia tetap berjuang menjadi atlet balap kursi roda. Mengejar dia saja saya tidak kuat,” ungkapnya.

Emosi para atlet yang cenderung kurang stabil adalah hal yang wajar. Oleh sebab itu, mereka memerlukan pemahaman dan perhatian lebih dari para pembimbing, terutama dari lingkungan keluarganya.

“Kita harus memperhatikan hal-hal kecil. Kita bisa sebarkan prestasi mereka lewat media sosial, dan tim kami serta pejabat pemerintah secara rutin mengunjungi mereka untuk memberikan semangat. Hal ini sangat berarti bagi mereka,” tambahnya.

Lebih lanjut, Prof. Reda menekankan peran penting keluarga sebagai garda terdepan dalam menjaga semangat dan stabilitas emosi para atlet disabilitas.

“Orang tua harus terus memotivasi mereka. Kepedulian lebih dari keluarga sangat diperlukan agar semangat juang mereka tetap tinggi,” katanya.

Mengenai target di Paralympic Paris 2024, Prof. Reda menyebutkan bahwa Indonesia menargetkan untuk meraih dua medali emas, khususnya dari cabang bulu tangkis dan panahan.

“Pemerintah juga sudah memberikan perhatian lebih dengan hadiah yang setara dengan atlet olimpiade. Saya yakin dengan semangat juang mereka, target ini bisa tercapai,” ujarnya optimis.

Reda merasa sangat terhormat karena telah diberi amanah oleh pemerintah sebagai CdM Kontingen Indonesia untuk Paralympic Paris 2024.

“Saya bersyukur dan berharap bisa mengabdikan diri untuk mencapai target tersebut serta memotivasi para atlet disabilitas,” ujarnya.

Menurutnya, dengan segala persiapan dan dukungan yang ada, Indonesia siap memberikan yang terbaik di Paralympic Paris 2024.***