Pakar: Lengkapi imunisasi anak cegah imunodefisiensi

oleh -148 Dilihat

Jakarta – Pakar Ilmu Kesehatan Anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr Dina Muktiarti mengimbau para orang tua agar melengkapi dosis imunisasi anak guna mencegah imunodefisiensi sekunder pada anak.

Dalam diskusi tentang imunodefisiensi anak yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat, Dina menjelaskan imunodefisiensi sekunder pada anak bisa terjadi akibat infeksi yang terjadi setelah anak dilahirkan.

“Untuk pencegahan imunodefisiensi bagi anak sehat, maka harus vaksin, melengkapi dosis imunisasinya,” ujar dia.
Imunisasi, kata Dina, diperlukan untuk memperkuat antibodi alami yang diberikan oleh ibu pada saat proses melahirkan, yang umumnya bertahan sekitar enam bulan pascapersalinan.
Ia mengatakan imunisasi dengan dosis lengkap dapat meningkatkan antibodi pada anak agar tidak terinfeksi dengan bakteri penyebab penyakit, termasuk penyebab imunodefisiensi.
Imunodefisiensi pada anak, menurut Dina, dapat menyebabkan anak menjadi mudah sakit, karena sistem imun tubuh tidak mampu mencegah bakteri yang masuk dan menginfeksi tubuh.
“Apabila kita tidak menanganinya dengan tepat, maka infeksi itu akan bisa menjadi fatal,” ujarnya.
Terkait imunisasi, Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah berkomitmen dalam intensifikasi program imunisasi rutin lengkap serta skrining kesehatan dasar guna mencegah masyarakat jatuh sakit, atau menjaga agar masyarakat tetap sehat melalui program promotif dan preventif.
Hal tersebut dibahas dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) 2024 dengan penyusunan Rencana Induk Bidang Kesehatan (RIBK) sebagai haluan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam merencanakan, menganggarkan, dan mengimplementasikan program kesehatan di daerah.
“Ekspansi pemeriksaan hipotiroid kongenital akan terus diperluas, untuk ibu hamil diperiksa kehamilannya enam kali dan intensifikasi program imunisasi nasional,” kata Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin, Rabu (24/4).
Sumber : Antara